DITEKAN UNTUK
BERHASIL
Meskipun tidak banyak diketahui, kata tekanan (stres),
apabila digunakan untuk menggambarkan keadaan mental seseorang, sebenarnya
adalah sebuah kiasan. Aslinya istilah tersebut terbatas hanya penelitian ilmiah
tentang logam dan bahan lainnya. Kata tersebut juga mengacu pada “ketegangan
atau perubahan bentuk” (saya mengutip kamus) yang dihasilkan oleh gaya yang
berlebihan. Sebuah balok besi mampu menahan tekanan besar hanya sampai tingkat tertentu sebelum patah.
Jadi,
dalam arti kiasan, apa yang menciptakan tekan yang sama pada anak-anak? Dan apa
yang terjadi pada mereka ketika mereka “patah” begitu umur seorang anak
tercatat dalam dua angka. Taruhanya dalam permainan disiplin dinaikkan. Para
remaja mungkin terlibat lebih banyak masalah, dan apabila mereka (dapat
dimaklumi) membangkang ats pengontrolan, orangtua seringkali tergoda untuk
menggunakan peraturan yang lebih
ketat dan bentuk hukuman yang lebih
kejam. Namun, anak-anak yang lebih besar
mungkin mengalami tekanan karena alasan lain juga. Mereka semakin
mendapatkan kesan bahwa mereka diharapkan tidak hanya menurut,. Tetapi juga
berhasil. Tidak hanya menjadi bisa tetapi juga terampil.
Dan seperti yang pernah disesali seorang
psikoanalis erich fromm, “sedikit orangtua yang mempunyai keberanian dan
kemandirian dan kemadirian untuk lebih peduli terhadap kebahagiaan anak-anak
mereka daripada keberhasilan mereka.
Tekanan
untuk berprestasi seperti itu ditemukan pada banyak keluarga yang anak-anaknya berperilaku sempurna dan
tidak pernah memberi masalah pada
orangtua atau guru mereka, khususbya orang tua yang benar-benar suskses (maksud
saya orang tua yang sukses secara
finansial, tapi bukan sukses sebagai orang tua), mungkin menerapkan permintaan
yang sangat besar dan sering kali tidak masuk akal pada anak-anak merek.
Penyelidikan tentang anak-anak usia sebelas dan dua belas tahun terbit dengan
judul provokatif “istimewa tetapi tertekan?
Pada
n1980-an dua psikolog meneliti lebih dari delapan ratus siswa sekolah yang
kompetitif “menjadi unik karena
ketergantungan mereka yang lebih besar
pada pengukuran nilai pribadi berdasarkan evakuasi dan kinerja.
:artinya:cara mereka memandang diri mereka sendiri berdasarkan pada seberapa baikmerka melakukan
tugas-tugas tertentu dan pada apa yang dipikirkan oran glain tentang diri
mereka. Peraingan membuat harga diri goyah
dan bersyarat dan pengaruhnya
sama pada pemenang pemenang maupun pecundang. Lebih jauh lagi, pengaruhnya
tidak terbatas pada persaingan yang “berlebihan”. Tetapi, sepertinya setiap
kali anak-anak saling dipersaingkan sehingga seorang dapat berhasil hanya jika
bisa menggagalkan yang lain, ada harga psikologis yang harus dibayar.
DISEKOLAH
Penelitian menunjukkan bahwa jika anak-anak didorong
untuk berfokus mendapatkan nilai yang bagus disekolah, maka tiga hal akan
cenderung terjadi: mereka kehilangan minat
pad apembelajaran itu sendiri, mereka mencoba untuk menghindari kegiatan yang menantang, dan mereka kurang
suka berpikir lebih dalam dan kritis. Mari kita telusuri tiap hal tersebut:
1.
Seperti halnya
anak-anak yang diberi penghargaan ats kedermawanan mereka sendiri berakhir dengan menjadi kurang dermawan,
begitu juga dengan siswa yang mendapat
nilai A-cenderung menjadi kurang berminat pada apa yang mereka pelajari.
2.
Penilaian membuat
anak-anak memilih tugas yang paling mudah apabila mereka diberi pilihan.
Berikan kesan pada mereka bahwa apa yang mereka lakukan “diperhitungkan”
terhadap nilai dan mereka cenderung akan menghindari resiko yang tidak
perlu.tak perlu waktu lama untuk membuat anak-anak untuk menyadari bahwa
melakukan tugas yang paling mudah adalah ruteyang paling pasti untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Semakin anak berpikir tentang penilaian,
sifat ingin tahunya yang alami cenderung akan semakin menguap.
3.
Pencarian nilai
yang bagus sering kali membuat para siswa berpikir dengan cara yang lebih dangkal dan superfisial. Mereka mungkin akan membaca
buku-buku secara selintas hanya untuk mendapatkan hal-hal yang “perlu
diketahui”. Melakukanya hanya apa yang diminta dan tidak lebih. Mereka mungkin
membuat trik untuk mendapatkan nilai yang bagus dalam ujian. Bahkan, mereka
mungkin menyontek. Kontrol yang berlebihan secara umum terbukti jelas menimbulkan dampak negatif. tidak hanya pada
kesehatan mental anak-anak, tapi juga
pada keberhasilan mereka disekolah.
DALAM BERMAIN
Pada beberapa keluarga, keberhasilan
lebih terletak dibidang atletik daripada
akademik. Namun, tekanan untuk mencapai keberhasilan bersama dengan kerugianya
tidak berbeda. Wendy grolnick yang penelitanya tentang pengontrolan orangtua
telah saya jelaskan, terkejut idak hanya oleh hasil penelitian ilmiahnya tetapi
juga apa yang dilihtanya diseputar kota.
MESIN KECIL YANG SERBAHARUS
Kerja sama lebih masuk akal dari pada persaingan jika kita lebih peduli pada hasil akhir,
demikian juga kita peduli bagaiman persaan orang-orang tentang diri mereka
sendiri dan orang-orang disekelilingnya.
Saya mengatakan hal inisekarang karena jenis perimbangan yang sama kadang-kadang dipercaya ada berkenaan dengan pengasuhan tak bersyarat. Argumennya seperti
ini. Apabila kita mengetahui bahwa kita
mendapatkan persetujuan hanya jika kita bekerja keras atau menghasilkan sesuatu, maka kita akan
cenderung hanya melakukan hal tersebut. Sebaliknya, seperti yang ditanyakan
oleh sekelompok psikolog secara rerotik, “jika orang-orang dicintai secara
bersyarat dalam seluruh aspek kehidupan,
apakah mereka tetap mendorong untuk
sukses?”
Ini
pertanyaan penting, dan saya ingin menaggapinya dengan 4 cara:
Pertama meskipun alur pemikiran inu masuk akal, mungkin itu hanya dapat
diterapkan pada orang dewasa. Anak-anak perlu dicintai dengan tak bersyarat.
Sekali lagi dengan berasumsi bahwa adalah bagus bagi siapa pun untuk merasa
diterima hanya jika dia berhasil, tampaknya penting untuk memulai hidup dengan
fondasi yang aman yang berasal dari penerimaan tanpa syarat.
Kedua patut dipertanyakan apa, tepatnya, yang sehaharusnya
menjadi dasar keputusan bagi nilai
seseorang atau tidak. “bekerjakeras” dan “membuahkan hasil” adalah dua hal yang
sangat berbeda.
Ketiga meskipun persetujuan bersyarat benar-benar membuahkan
hasil, sekali lagi kjita harus mempertimbangkan semua kerugian yang
tersembunyi -yaitu pengaruh yang lebih
luas, lebih dalam dan lebih lama dari sebuah strategi yang pada pandangan
pertama sepertinya berhasil.
keempat sepanjang menyangkut persaingan, ternyata sebenarnya
tidak ada perimbangan apapun karena penerimaan bersyarat biasanya tidak
berhasil, bahkan untuk mencapai sasaran peningkatan prestasi. Paling-paling,
efektivitasnya hanya pada beberapa
orang, pada beberapa pekerjaan, pada beberapa kesempatan.
Ini
adalah kebenaran yang sangat sederhana dan sangat jelas kalau anda
memikirkanya: takut gagal sama sekali
tidak sama dengan merangkul keberhasilan. Sebenarnya, yang pertama
menghalangi yang berikutnya.
No comments:
Post a Comment