Sunday, April 23, 2017

PENGASUHAN BERSYARAT

PENGASUHAN BERSYARAT





Pendapat yang menenteramkan ini didasarkan pada gagasan adanya sesuatu yang disebut cinta orang tua, sesuatu yang bisa anda sediakan bagi anak-anak dalam jumlah besar atau kecil. (lebih banyak tentu saja lebih baik). Namun, bagaimana jika asumsi ini ternyata terlalu picik? Bagaimana jika sebenarnya ada cara lain untuk mencintai anak, dan semuanya tidak mulai setara? Seorang psiokoanalis, alice miller, pernah mengamati bahwa seorang anak mungkin saja dicintai “dengan penuh kasih sayang tetapi bukan dengan cara yang dia butuhkan untuk dicintai” jika alice benar , pertanyaan yang relevan bukan hanya apakah  atau bahkan seberapa besar  kita mencintai anak kita, yang juga menjadi masalah adalah bagaimana kita mencintai mereka.
            Saya ingin membela gagasan pengasuhan tak bersyarat dengan dasar penentuan  nilai maupun prediksi. Penentuan nilai, secara sangat sederhana, berarti anak-anak tidak perlu mendapatkan persetujuan dari kita. Kita harus mencintai mereka, seperti yang dikatakan oleh teman saya Deborah, “tanpa alasan apapun” selanjutnya, yang penting bukan hanya bahwa kita yakin mencintai mereka tanpa syarat, melainkan bahwa mereka merasa dicintai dengan cara seperti itu.
            Sementara itu, prediksi berarti mencintai anak-anak tanpa syarat akan menghasilkan pengaruh positif  itu bukan hanya sesuatu yang benar untuk dilakukan, secara moral, melainkan sesuatu yang cerdas. Anak-anak perlu dicintai sebagaimana mereka apa adanya dan karena siapa mereka. Apabila hal itu terjadi, mereka dapat menerima diri sendiri secara mendasar sebagai orang baik, bahkan ketika mereka membuat kesalahan atau gagal. Dan dengan dipenuhinya kebutuhan dasar ini, mereka akan lebih bebas  untuk menerima (dan membantu) orang lain. Cinta tanpa syarat, singkat kata adalah apa yang diperlukan  anak-anak untuk berkembang.
            Sekalipun demikain, kita orang tua sering kali tergoda untuk memberi syarat pada persetujuan kita. Kita terdorong untuk melakukan itu tidak hanya oleh kjeyakinan yang telah tumbuh di dalam diri kita, tetapi juga oleh cara kita dibesarkan dahulu. Anda bisa mengatakan kita telah terkondisi untuk bersayarat. Akar dari perasaan ini telah merasuk jauh ke dalam ranah kesadaran kita. Kenyataanya, penerimaan tak bersyarat  sepertinya jarang terdengar, sekalipun sebagai sebuah cita-cita: pencarian di internet untuk varian  unconditional (tak bersyarat ) kebanyakan memunculkan  diskusi tentang agama atau hewan peliharaan. Rupanya bagi orang sulit  untuk membayangkan cinta di antara sesama manusia tanpa ikatan persyaratan apapun.
            Bagi seorang anak, sebagian dari ikatan itu ada hubunganya dengan bersikap baik dan sebagian lain berkata dengan prestasi.



DUA CARA MEMBESARKAN ANAK:





ASUMSI-ASUMSI YANG MENDASARI

Pendeknya: kekuatan dari luar seperti apa yang diterima seorang sebagai penghargaan (hukuman) sebelumnya menentukan apa yang kita lakukan dan cara kita bertindak merupakan cerminan menyeluruh dari siapa kita sebenarnya. Bahkan orang  yang tidak pernah membaca buku skinner sepertinya menerima asumsi-asumsi  ini. aPabila orang tua dan guru  membicarakan “perilaku” anak, mereka bersikap seakan-akan tidak ada masalah lain kecuali hal-hal yang dipermukaan. Ini bukanlah masalah tentang siapa anak itu, apa yang mereka pikirkan atau rasakan dan butuhkan. Lupakan motiv dan nilai-nilai. Yang pokonya hanyalah bagaimana mengubah perilaku mereka. Hal ini tentu saja, merupakan undangan untuk bergantung pada teknik  pendisplinan yang bertujuan membuat anka-anak  berbuat atau berhenti berbuat dengan cara tertentu.
            Sebuah contoh yang lebih khusus tentang behaviorisme dalam keseharian: mungkin anda pernah bertemu orang tua yang memaksa anaknya untuk meminta maaf setelah melakukan sesuatu yang menyakitkan atau tercela. (bisakah kamu mengatakan kamu minta maaf?) nah, apa yang sedang terjadi disini  apakaha orangtua menganggap bahwa dengan membuat anak-anak mengatakan kalimat ini akan secara ajaib membuat mereka merasa menyesal, meskipun semua buktinya berlawanan? Atau, yang lebih buruk, apakah mereka bahkan tidak peduli apakha anak itu benar-benar menyesal  karena kejujuran tidak ada hubunganya dan yang terpenting adalah mengutarakan kata-kata yang tepat? Permintaan maaf yang terpaksa sering melatih anak-anak  untuk mengatakan hal-hal yang tidak mereka maksudkan dengan kata lain: berbohong.

            Anak-anak bukanlah hewan peliharaan yang dapat dilatih, bukan pula computer  yang diprogram untuk merespons input yang dapat dipdrekdisikan. Mereka bertindak seperti ini, bukan seperti itu karena banyak alasan berbeda, sebagian diantaranya sulit untuk dipilah.
Interpretasi ini tidak hanya mencerminkan sebuah asumsi tentang apa yang dipelajari anak-anak dalam situasi tertentu, atau bahkan bagaimana mereka belajar. Hal ini juga mencerminkan pandangan yangf sangta buruk tentang nak-anak dan jika diperluas tentang watak manusia. Asumsinya adalah jika diberi sedikit kesempatan, anak-anak akan memanfaatkan kita. Beri mereka satu hasta, mereka akan mengambil satu masa depan. Mereka akan mengambil pelajaran terburuk dari keadaan yang taksa (bukan “aku tetap dicintai,” melainkan “hore”! berbuat nakal itu tidak apa-apa) penerimaan tanpa syarat hanya akan ditafsirkan sebagai persetujuan untuk bertindak dalam cara-cara mementingkan diri sendiri, menuntut, rakus, atau tanpa pertimbangan. Paling tidak kemudian pengasuhan bersyarat di dasarkan pada keyakinan yang sangat sinis bahwa menerima anak-anak apa adanya hanya membuat mereka lebih bebas untuk menjadi buruk, karena memang mereka seperti itulah mereka.   
            Sebaliknya, pendekatan pengasuhan anak tak bersyarat dimulai dengan mengingat bahwa dengan tujuan abigail bukanlah untuk membuat saya sengsara. Dia tidak dengki. Dia menyampaikan kepada saya bahwa ada yang tidak beres dengan satu-satunya cara yang dia ketahui. Itu mungkin saja sesuatu yang baru terjadi atau mungkin mengungkapkan sesuatu yang sudah terjadi beberapa waktu. Pendekatan ini mendukung  tumbuhkabn rasa percaya diri anak, dan menentang asumsi bahwa  mereka akan mengambil pelajaran yang keliru dari kasih sayang, atau bahwa mereka selalu ingin berlaku buruk jika mereka pikir mereka dapat lolos dari itu.
            Ini bukanlah sudut pandang yang romantis atau atau tak realistis, yang menyangkal kenyataan bahwa anak-anak (dan orang dewasa) kadang-kadang melakukan hal-hal buruk. Anak-anak perlu di bimbing dan dibantu benar tapi mereka bukan monster kecil yang harus dijinakkan atau di tundukkan. Mereka mempunyai kemampuan untuk mrmpunyai belas kasihan atau agresif, mendahulukan kepentingan umum atau egois, bekerja sama atau bersaing.
            Ketika anak-anak kita tumbuh, akan banyak kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan tempat sebagai tempat pemain ekonomi, sebagai konsumen dan pekerja, dimana kepentingan pribadilah yang berkuasa dan dan persyaratan setiap pertukaran dapat dihitung dengan teliti. Namun pengasuhan tak bersyarat menekankan bahwa keluarga seharusnya menjadi tempat berlabuh, tempat berlindung, dari transaksi semacam itu. Khususnya cinta dari orang tua tidak perlu dibayar dengan apapun. Cinta dari orantua itu murni hadiah semata. Cinta dari orang tua adalah hak yang patut didapat semua anak.
Jika hal ini bisa anda terima, dan jika asumsi-asumsi lain yang mendasari pengasuhan tak bersyarat juga tidak anda tolak-bahwa kita seharusnya melihat anak secara keseluruhan bukan hanya perilakunya, bahwa kita tidak seharusnya mengasumsikan yang terburuk mengenai kecenderungan anak, dan seterusnya maka kita perlu mempertanyakan semua teknik disiplin umum yang didasarkan pada kebalikan dari asumsi-asumsi ini.praktik yang lazim dalam pengasuhan bersyarat cenderung menjadi cara melakukan sesuatu terhadap anak agar menghasilkan kepatuhan. Sebaliknyasaran-saran yang ditawarkan pada paruh kedau buku ini, yang mengalir secara alami dari ide pengasuhan tak bersyarat, merupakan ragam bentuk kerja sama dengan anak agar membantu mereka tumbuh menjadi orang yang sopan dan pembuat keputusan yang baik.

Jadi, kita dapat menyimpulkan perbedaan antara kedua pendekatan ini sebagai berikut:


Tak bersyarat
bersyarat
fokus
Anak secara keseluruhan (termasuk alasan, pemikiran, perasaan)
perilaku
Pandangan tentang sifat manusia
Positif atau seimbang
negatif
Pandangan tentang cinta orangtua
Sebuah hadiah
Hak istimewa yang perlu direbut
strategi
“bekerja dengan” (pemecahan masalah)
“berbuat untuk” (kontrol melalui hukuman dan ganjaran)
               

DAMPAK DARI PENGASUHAN TAK BERSYARAT

Para pendidik mengingatkan kita bahwa yang terpenting didalam kelas bukanlah hal yang di ajarkan oleh guru tapi apa yang dipelajari oleh pelajar. Dan begitu juga dalam keluarga. Yang terpenting adalah pesan yang ditangkap anak-anak kita, bukan yang kita kirim menurut kita.
            Setiap teknik ini mempunyai kekurangna sendiri-sendiri dan pilihan metodenya dapat memengaruhi hasil penelitian. Ketika orangtua dan anak-anak ditanya secara terpisah untuk menjelaskan apa yang terjadi, misalnya, mereka mungkin memberikan cerita yang sangat berbeda . menariknya bilamana terdapat cara yang lebih objektif untuk menemukan kebenaran, persepsi anak-anak terhadap perilaku orangtua mereka terbukti sama akuratnya dengan laporan orangtua mereka terhadap perilaku mereka sendiri.
            Selama bertahun-tahun para peneliti telah menemukan bahwa “semakin bersyarat dukungan (yang diterima oleh seseorang), semakin rendah persepsinya tentang apa yang berharga pada dirinya sebagai manusia” apabila anak-anak menerima kasih sayang bersyarat, mereka cenderung menerima diri mereka sendiri dengan bersyarat pula. Sebaliknya, mereka yang merasa diterima tanpa syarat oleh orangtua mereka atau menurut penelitian lainya, bahkan oleh guru – cenderung merasa lebih senang dengan diri sendiri, persisi sama seperti yang diramalkan Carl Rogers.

            Dan itu membawa kita pada tujuan akhir dari buku ini, pertanyaan utama yang saya ajak anda untuk memikirkanya. Dalam angket yang digunakan untuk meneliti pengasuhan bersyarat, seorang remaja atau dewasa muda biasanya diminta untuk mengindikasikan “sangat setuju”, “setuju”, “netral”, “sangat tidak setuju” untuk menanggapi kalimat seperti “ibu saya tetap mencintai saya bahkan selama konflik kami yang terburuk” atau “ketika ayah saya tidak sependapat dengan saya, saya tau bahwa dia tetap mencintai saya”. 



No comments:

Post a Comment

TAMBAHAN DAN KONFIRMASI ULANG MENGENAI NUBUATAN YANG KAMI SAMPAIKAN MENGENAI BASUKI TJAHAJA PURNAMA

TAMBAHAN DAN KONFIRMASI ULANG MENGENAI NUBUATAN YANG KAMI SAMPAIKAN MENGENAI BASUKI TJAHAJA PURNAMA Seperti telah diketahui dan dibaca s...