Sunday, April 23, 2017

KERUGIAN HUKUMAN PADA ANAK-ANAK

KERUGIAN HUKUMAN PADA ANAK-ANAK




Hukuman…. Control….pengasuhan otoriter ….. penarikan cinta….kasih sayang bersyarat – semua konsep ini saling tumpang tindih. Tetapi yang pertama adalah yang sangat akrab dengan kita dan paling mudah dimengerti. Menghukum anak, secara sederhana, adalah membuat sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi  padanya atau mencegah mereka mengalami sesuatu yang menyenangkan biasanya dengan tujuan  mengubah perilaku mereka pada masa datang. Penghukum membuat mereka menderita, dengan kata lain memberi mereka sebuah pelajaran.   
Hukuman terbukti kontraproduksi terlepas dari apakah orangtua menggunakannya untuk menghentikan sikap agresi, ketergantungan yang berlebihan, mengompol atau hal lainnya. Para peneliti terus menerus menemukan bahwa hukuman “dalam jangka panjang tidak efesien sebagai sebuah teknik  untuk menghapus perilaku yang menjadi sasaran hukuman itu”. Penelitian yang lebih baru dan dirancang dengan lebih baik hanya berfungsi untuk menguatkan kesimpulan ini, misalnya menunjukkan bahwa orangtua yang “menghukum karena melanggar aturan perilaku dirumah sereing kali memiliki anak-anak yang menunjukkan pelanggaran peraturan tingkat yang lebih tinggi apabila mereka jauh dari rumah”.  Saat ini terdapat sejumlah besar koleksi penelitian yang menunjukkan akibat merusak dari hukuman fisik secara khusus berupa pemukulan pantat, tamparan, atau dengan cara lainnya yang menimbulkan penderitaan fisik sebagai sebuah bentuk pendisplinan. Data tersebut menunjukkan dengan luar biasa bahwa hukuman fisik membuat anak-anak lebih agresif dan menyebabkan berbagai macam konsekuensi merusak lainya. (bahkan tidak jelas apakah hukuman fisik berhasil mendapatkan ketaatan sementara). Memukul anak jelas “memberi merekasebuah pelajaran” dan pelajaranya adalah bahwa anda bisa mendapatkan apa yang anda inginkan dari orang-orang yang lebih lemah dari pada anda dengan cara menyakiti mereka.
Ketika anda hanya berdiri dan membiarkan hal yang buruk terjadi dan membiarkan hal yang buruk terjadi, anak anda mengalami kekecewaan ganda  bahwa sesuatu yang tidak beres telah terjadi dan anda tampaknya  tidak cukup peduli dengannya karena tidak sedikit pun berusaha membantunya  mencegah kemalangan  itu. Pendekatan “konsekuensi alami” sebenarnya adalah sebuah bentuk hukuman.      

MENGAPA HUKUMAN GAGAL


Berdasarkan bukti-bukti yang ada sangatlah sulit untuk menolak bahwa menghukum anak-anak tidak akan membuahkan hasil. Terlalu sulit untuk mengatakan dengan pasti mengapa demikian. Akan tetapi klita dapat memberikan beberapa dugaan:
ü Hukuman membuat orang marah. Seperti bentuk pengontrolan lainya, penggunaan konsekuensi hukuman sering membuat marah siapa pun yang menjadi penerima hal tidak menyenangkan itu, dan pengalaman tersebut dua kali lebih menyakitkan karena dia tidak berdaya melakukan sesuatu mengenainya.
ü  Hukuman memberi contoh penggunaan kekuasaan.contoh yang diperlihatkan oleh hukuman fisik terhadap anak-anak adalah kekejaman yaitu penggunaan untuk menyelesaikan masalah.
ü Hukuman pada akhirnya tidak efektif. Seiring bertambahnya usia anak, akan semakin sulit untuk menemukan bentuk hukuman apa untuk ditimpakan kepada mereka yang akan cukup tidak menyenangkan.
Seperi yang ditunjukkan thomas gordon, “akibat yang tak dapat dihindari dari penggunaan kekuasaan yang terus menerus untuk mengontrol anak-anak (anda) ketika mereka masih kecil  adalah bahwa (anda) tidak pernah belajar bagaimana cara memengaruhi.” Semakin anda bergantung pada hukuman, maka “semakin sedikit pengaruh nyata yang akan anda miliki dalam kehidupan mereka”.
ü Hukuman mengikis hubungan kita dengan anak-anak kita. Ketika kita menghukum, kita membuat anak-anak kesulitan untuk menganggap kita sebagai kawan yang penuh perhatian, yang sangat penting bagi perkembangan yang sehat.
ü Hukuman mengalibkan perhatian anak-anak dari persolan yang sebenarnya. Misalkan seorang anak diberitahu bahwa, karena dia baru saja memukul adiknya, maka dia harus dikurung didalam kamrnya dan tidak boleh menonton acara tv kesukanya.
ü Hukuan membuat anak-anak menjadi lebih egois. Kata konsekuensi terlalu sering digunakan, tidak hanya sebagai pelembut bagi istilah hukuman, tetapi juga sebagai pembenaran, seperti dalam “anak-anak perlu belajar bahwa ada konsekuensi dari tindakan –tindakan mereka”.

Ciri yang palimg menonjol dari hukuman yang membuatnya tidak mungkin diabaikan sebenarnya sekaligus menjamin bahwa tidak ada kebaikan yang muncukl dari hukuman itu. Yang membangkitkan perhatian anak-anak disini adalah penderitaan, disertai kenyataan bahwa seseorang yang menjadi tempat mereka  bergantunglah yang menyebabkan penderitaan itu.   

No comments:

Post a Comment

TAMBAHAN DAN KONFIRMASI ULANG MENGENAI NUBUATAN YANG KAMI SAMPAIKAN MENGENAI BASUKI TJAHAJA PURNAMA

TAMBAHAN DAN KONFIRMASI ULANG MENGENAI NUBUATAN YANG KAMI SAMPAIKAN MENGENAI BASUKI TJAHAJA PURNAMA Seperti telah diketahui dan dibaca s...