KERUGIAN HUKUMAN PADA ANAK-ANAK
Hukuman…. Control….pengasuhan
otoriter ….. penarikan cinta….kasih sayang bersyarat – semua konsep ini saling
tumpang tindih. Tetapi yang pertama adalah yang sangat akrab dengan kita dan
paling mudah dimengerti. Menghukum anak, secara sederhana, adalah membuat
sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
padanya atau mencegah mereka mengalami sesuatu yang menyenangkan biasanya
dengan tujuan mengubah perilaku mereka
pada masa datang. Penghukum membuat mereka menderita, dengan kata lain memberi mereka sebuah pelajaran.
Hukuman terbukti
kontraproduksi terlepas dari apakah orangtua menggunakannya untuk menghentikan
sikap agresi, ketergantungan yang berlebihan, mengompol atau hal lainnya. Para
peneliti terus menerus menemukan bahwa hukuman “dalam jangka panjang tidak
efesien sebagai sebuah teknik untuk
menghapus perilaku yang menjadi sasaran hukuman itu”. Penelitian yang lebih
baru dan dirancang dengan lebih baik hanya berfungsi untuk menguatkan
kesimpulan ini, misalnya menunjukkan bahwa orangtua yang “menghukum karena
melanggar aturan perilaku dirumah sereing kali memiliki anak-anak yang
menunjukkan pelanggaran peraturan tingkat yang lebih tinggi apabila mereka jauh
dari rumah”. Saat ini terdapat sejumlah
besar koleksi penelitian yang menunjukkan akibat merusak dari hukuman fisik
secara khusus berupa pemukulan pantat, tamparan, atau dengan cara lainnya yang
menimbulkan penderitaan fisik sebagai sebuah bentuk pendisplinan. Data tersebut
menunjukkan dengan luar biasa bahwa hukuman fisik membuat anak-anak lebih
agresif dan menyebabkan berbagai macam konsekuensi merusak lainya. (bahkan
tidak jelas apakah hukuman fisik berhasil mendapatkan ketaatan sementara).
Memukul anak jelas “memberi merekasebuah pelajaran” dan pelajaranya adalah
bahwa anda bisa mendapatkan apa yang anda inginkan dari orang-orang yang lebih
lemah dari pada anda dengan cara menyakiti mereka.
Ketika
anda hanya berdiri dan membiarkan hal yang buruk terjadi dan membiarkan hal
yang buruk terjadi, anak anda mengalami kekecewaan ganda bahwa sesuatu yang tidak beres telah terjadi
dan anda tampaknya tidak cukup peduli
dengannya karena tidak sedikit pun berusaha membantunya mencegah kemalangan itu. Pendekatan “konsekuensi alami”
sebenarnya adalah sebuah bentuk hukuman.
MENGAPA HUKUMAN GAGAL
Berdasarkan bukti-bukti yang ada
sangatlah sulit untuk menolak bahwa menghukum anak-anak tidak akan membuahkan
hasil. Terlalu sulit untuk mengatakan dengan pasti mengapa demikian. Akan
tetapi klita dapat memberikan beberapa dugaan:
ü Hukuman
membuat orang marah. Seperti bentuk
pengontrolan lainya, penggunaan konsekuensi hukuman sering membuat marah siapa
pun yang menjadi penerima hal tidak menyenangkan itu, dan pengalaman tersebut
dua kali lebih menyakitkan karena dia tidak berdaya melakukan sesuatu mengenainya.
ü Hukuman memberi contoh penggunaan kekuasaan.contoh
yang diperlihatkan oleh hukuman fisik terhadap anak-anak adalah kekejaman yaitu
penggunaan untuk menyelesaikan masalah.
ü Hukuman pada
akhirnya tidak efektif. Seiring
bertambahnya usia anak, akan semakin sulit untuk menemukan bentuk hukuman apa
untuk ditimpakan kepada mereka yang akan cukup tidak menyenangkan.
Seperi yang ditunjukkan
thomas gordon, “akibat yang tak dapat dihindari dari penggunaan kekuasaan yang
terus menerus untuk mengontrol anak-anak (anda) ketika mereka masih kecil adalah bahwa (anda) tidak pernah belajar
bagaimana cara memengaruhi.” Semakin anda bergantung pada hukuman, maka
“semakin sedikit pengaruh nyata yang akan anda miliki dalam kehidupan mereka”.
ü Hukuman
mengikis hubungan kita dengan anak-anak kita. Ketika kita menghukum, kita membuat anak-anak kesulitan untuk
menganggap kita sebagai kawan yang penuh perhatian, yang sangat penting bagi
perkembangan yang sehat.
ü Hukuman
mengalibkan perhatian anak-anak dari persolan yang sebenarnya. Misalkan seorang anak diberitahu bahwa, karena dia
baru saja memukul adiknya, maka dia harus dikurung didalam kamrnya dan tidak
boleh menonton acara tv kesukanya.
ü Hukuan
membuat anak-anak menjadi lebih egois.
Kata konsekuensi terlalu sering digunakan, tidak hanya sebagai pelembut bagi
istilah hukuman, tetapi juga sebagai pembenaran, seperti dalam “anak-anak perlu
belajar bahwa ada konsekuensi dari tindakan –tindakan mereka”.
Ciri yang palimg menonjol dari hukuman yang membuatnya
tidak mungkin diabaikan sebenarnya sekaligus menjamin bahwa tidak ada kebaikan
yang muncukl dari hukuman itu. Yang membangkitkan perhatian anak-anak disini
adalah penderitaan, disertai kenyataan bahwa seseorang yang menjadi tempat
mereka bergantunglah yang menyebabkan
penderitaan itu.
No comments:
Post a Comment